Cerita Makam Keramat

Oleh M Yusuf Abul Mahasin

Cerpen, Pada malam jum’at, di desaku sedang mengadakan acara pasar malam. Rencananya Aku, Reza, Beni, Andi akan mengunjungi ke sana. Setelah sholat isya’, temanku langsung berkumpul ke rumahku.

“Eh, berangkat nanti dulu ya. Nunggu ibu sama ayahku pulang” pintaku kepada teman-teman agar menunggu sebentar.

“Lama nggak Joe?” tanya Andi dengan nada penuh kesal.

“Nggak-nggak, palingan beli obat doang di apotek. Udah duduk dulu, sembari nunggu ibu sama ayahku pulang ngobrol apa gitu biar ndak sepi. Aku mau ke belakang mau ngambil kalian minuman” jawabku sembari pergi ke belakang.

Aku pun segera pergi ke dapur untuk mengambil sirup. Setelah mengambil sirup, aku segera menuangkannya ke dalam gelas.

“Ssttt” terdengar suara aneh dari belakang. Segera aku menoleh ke belakang untuk melihat sekeliling.

“Suara apaan ya barusan? Kok perasaanku jadi tidak enak gini? Ah lupakan ajalah, mungkin ini efek gegara aku sering tidur terlalu larut malam” kataku untuk menghilangkan pikiran yang aneh-aneh.

“Maaf ya udah nunggu terlalu lama” sambil tersenyum malu-malu.

“Udah nggak papa, yang penting tenggorokan ndak kering” jawab Beni dengan tertawa.

“Masih pada ngobrolin apa kalian?” tanyaku dengan penuh rasa penasaran.

“Kalian tau Pak Slamet sama Mas Arman kan? Yang sering keliling kampung untuk jurit malam?” tanya Andi dengan nada yang cukup membuat kami semua penasaran.

“Emang ada apa dengan mereka, Ndi?” tanya Reza.

“Kata mereka, ketika lagi jurit malam dan pas lewat kuburan tua itu. Mereka sering denger suara wanita yang lagi minta tolong” jawab Andi dengan nada yang mengerikan.

Tapi ketika pas dicari dan didatengin yang ada cuman sekumpulan batu nisan dengan pohon beringin yang cukup tinggi. Karena mereka tidak melihat ada cewek di sekitar situ, mereka pun berbalik untuk pulang dan “Brruuuk!” terdengar suara benda jatuh dari belakang.

Mereka pun menoleh ke belakang dan “Aaaaaaa” akhirnya ibumu sama ayahmu udah pulang” lanjut Andi sambil tertawa.

“Jangkrek lu, Ndi. Padahal aku udah dengerin dengan penuh ke khusyukan, tapi kok malah putus ditengah jalan” balasku dengan nada penuh kesal.

“Udah-udah, ibumu juga udah pulang buruan izin aja biar ndak kemaleman nantinya” ujar Reza kepadaku.

“Bu, aku sama temen mau ijin pergi pasar malam yah” kataku kepada ibu. “Iya, tapi jaga diri lho, jangan nakal di sana” jawab ibu dengan sedikit memberi saran.

Di tengah jalan aku nasih terbayang akan cerita Andi tadi. Tidak terasa kami semua sudah ada di depan gerbang kuburan lama. Hawa dingin berselimut dengan rasa takut menambah kesan seram bagiku.

“Aaaaa” jerit Reza yang membuat kami semua kaget dan was-was.

“Eh, anak ibu, punya kaki dua, berkepala botak, udah bau, hidup lagi. Napa sih loe tiba-tiba teriak ndak jelas kayak cinta digantungin gitu” ujar Beni sambil tertawa.

“Itu tadi gue liat cewek cantik lewat” jawab Reza dengan nada yang sedikit ketakutan.

“Mana ada cewek, dari tadi gue ndak liat tuh. Bohong kali loe ya, mentang-mentang pemberani mau nakut-nakutin kita semua gitu?” balas Beni.

Ketika sedikit ada percakapan yang membuat kami bingung seperti ibu-ibu yang sein kiri tapi malah belok kanan. Tiba-tiba terdengar suara cewek menangis.

“Huuuhuuuhuuu” terdengar suara cewe menangis dari dalam kuburan.

“Kau dengar tak? Ada suara cewek lagi nangis tuh. Coba sana kau cari!” pinta Andi kepadaku untuk mencari suara tersebut.

“Ogah ah, udah malem coba. Masak ada cewek nangis di dalem kuburan gitu. Kan ndak lucu” jawabku dengan nada ketakutan.

“Oke dah, aku cari. Tapi kalian semua nemenin aku dari belakang. Pada mau ndak?” pintaku biar semuanya mau bantu cari.

“Oke, kita semua mau” jawab semua dengan serentak.

Dengan diiringi semilir angin malam yang membuat badan dingin bercampur bau bunga melati. Kami semua menyusuri kuburan yang konon katanya angker tersebut, dengan hati yang penuh penasaran bercampur rasa takut.

“Joe, udah lama kita cari-cari. Tapi kok ndak ketemu gini, balik aja dah” pinta Reza untuk kembali pulang.

“Ya udah kita pulang ajalah” jawabku.

Tiba-tiba dari belakang.

“Mas, tolongin saya. Tolong kuburkan saya dengan layak, tolong mas saya ingin tidur dengan tenang. Tubuh saya ada di bawah pohon beringin besar itu!” suara cewe dengan nada yang mengerikan.

“Iii…yaaa, Mbak. Tapi jangan ganggu kami ya!” jawab Andi dengan nada terbata-bata.

Kami semua pun menuju pohon beringin yang diberi tau dari cewek yang nggak tau asalnya tersebut. Ketika kita semua mencari dan terus mencari, akhirnya kami menemukan sebuah mayat yang sudah busuk. Kami semua pun langsung menggali kuburan dengan alat apa-adanya. Karena pada saat itu Reza membawa sarung, aku pun meminta Reza untuk membalutkan sarungnya ke mayat tersebut.

Setelah semua sudah selesai, kami pun berdoa untuk mayat perempuan tersebut. Setelah selesai, kami langsung bergegas pergi dari kuburan tua dan pulang ke rumah masing-masing. Memang pengalaman yang cukup mengerikan yang membuat kami semua takut untuk keluar rumah ketika malam jum’at.

“Joe… Joe… Joe. Bangun, ini sudah jam berapa? Kamu tidak berangkat sekolah? Ayo cepat mandi sana!” dengan nada yang cukup keras, ibuku membangunkanku dari tidur.

“Iya… iya, Bu” jawabku dengan nada malas.

Setelah sarapan pagi, aku segera pergi untuk sekolah. Setelah sesampainya di sekolah, aku pun bercerita tentang mimpi tersebut kepada Andi, Reza dan Beni. Mereka semua juga merasakan hal yang sama. Apakah ini yang dinamakan cinta? Hahaha… eh apakah ini kebetulan atau bagaimana? Ah lupakan saja…

***

Anda mungkin juga berminat
Tinggalkan pesanan

Alamat email anda tidak akan disiarkan.