3 Langkah Kala Ditimpa Musibah

Nasehat, Bukti manusia tak wajib sepenuhnya dalam hidup ini hadir musibah dalam perjalanan hidup setiap manusia. Namun demikian, sebagian besar orang masih membuat tolok ukur masuk akal dalam menimbang dan menentukan segala sesuatu termasuk musibah, sehingga alih-alih ingat dan kembali kepada Allah, sebagian besar malah semakin jauh dari ketentuan Islam.

Ketika anak-anak mendadak terjatuh, luka di kepala dan mengucurkan darah lebih banyak sehingga membuat orang terkejut, kebanyakan orang tua langsung menghardik buah hasil. “Ya Allah, kenapa sampai seperti ini, kamu kok gak hati-hati, kan tadi sudah mama, jangan main di situ.” Padahal, musibah terjadi tanpa ada satu pun manusia akan ada yang tahu.

Dalam kata yang lain, tak ada gunanya menyalahkan apa pun dan menantang kala musibah menimpa. Cukup kembalikan kepada Allah dengan mengganti “ Innalillahi wainna ilayhi roji’un ” kirimkan Allah tegaskan di dalam Surat Al-Baqarah ayat 156.

Dari segi bahasa, “musibah” atau dalam dialek Arab diucapkan dengan mushabah dan mashubah , artinya “peristiwa yang dibenci yang menimpa manusia.”

Al-Qurthubi berkata, musibah sebagai semua laporan yang dilanggar kaum beriman. Dalam kehidupan keseharian, musibah menyelesaikan bencana dan segala hal yang membawa kerugian dan kejelekan dalam pandangan manusia.
Dan, sebagai tempat ujian sementara, dunia tidak bisa bebas dari yang disebut musibah. Abu Al-Faraj Ibn Al-Jauzi mengatakan, “Seandainya dunia bukan medan musibah, di tidak akan menyebar penyakit dan nestapa, takkan pernah ada kepedihan yang menimpa para Nabi dan orang-orang pilihan.”

Namun demikian, tidak berarti kehidupan dunia harus disetujui dengan penesalan, kesedihan ditambahkan keputusasaan. Semua peristiwa berasal dari dan diciptakan oleh Allah Ta’ala.

مَا أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتِابٍ مِّن قَبْلِ أَن َّ َّ َّ َّ َّ َّ ْ َى َى َى

“Tiada bencanapun yang menimpa bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri telah ditulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu mudah bagi Allah. ” (QS. Al-Hadid [57]: 22).

Artinya, sesuatu yang menimpa kehidupan manusia, sebagian besar musibah hakikatnya dimiliki Allah tentukan. Dan, karena itu harus disikapi dengan sabar dan lapang dada. Jangan ada tanggapan yang lebih baik buat dirimu pada kehinaan dan kemurkaan Allah Ta’ala.

Tentu saja, sikap yang harus diusahakan adalah sabar dan lapang dada. Sayyidina Ali berkata, “Jika kamu bersabar, takdir akan tetap berlaku bagimu, dan kamu akan mendapatkan pahala. Jika membawa berkeluh kesah, takdir kendi akan tetap berlaku bagimu, dan membawa akan mendapatkan dosa. ”

Lantas, apa yang harus kita lakukan saat mendapat musibah dalam kehidupan?

Pertama , Segera ambil tindakan ambil muhasabah

Kala dirimu ditimpa musibah, katakanlah terkilir, terluka, sakit atau apapun, maka bersegeralah mengambil tindakan pengobatan dengan mendatangi tempat berobat atau ahli pengobatan. Hal ini penting karena bagian dari syariat Islam, berikhtiar menemukan solusi.

Misalnya, kompilasi tiba-tiba kaki anak atau kaki sendiri yang diketahui kenalpot motor. Jangan buang momentum dengan penyesalan atau membantah negatif dengan membantah, tetapi segera dikompres. Setelah dikompres, kemudian perawatan harus dibuka bersih setiap hari setelah itu keringkan, kemudian terima kasih salep untuk luka bakar. Ini jauh lebih efektif, luka tertangani, lisan diselesaikan dan lebih baik semua dilakukan diiringi memperbanyak doa.

Jadi, jangan sampai ada tindakan yang salah, dikirim dengan mengomel sampai akhirnya tidak dibuka, hati menjadi jengkel dan momentum menjadi semakin berkurang untuk segera melakukan penanganan yang semestinya.

Setelah penanganan usai dilakukan, barulah muhasabah, bagaimana musibah itu bisa terjadi. Oh… mungkin tadi terburu-buru, tidak fokus dan kurang hati-hati, jadi ke depan bisa lebih hati-hati, jadi ikhtiar menghindari kejadian buruk bisa diupayakan sedini mungkin.

Kedua , Tetap Positif Berpikir

Sekalipun musibah adalah hal yang dibenci oleh manusia, dalam Islam musibah tak hanya nestapa, ia juga kemuliaan yang sangat dibutuhkan setiap insan beriman.

“Jika Allah meminta kebahagiaan-kebaikan hamba-Nya, maka Allah segerakan hukuman atas dosanya di dunia. Dan memuji Allah menghenndaki keburukan pada hamba-Nya maka Allah tahan hukuman atas itu sampai diterima di hari kiamat. “(HR. Tirmidzi)

Oleh karena itu, jangan pernah berprasangka buruk kepada Allah dengan musibah apapun yang dihadiri. Rasulullah bersabda, “Janganlah salah seorang di antara kalian itu mati, kecuali dalam keadaan dia berbaik sangka kepada Allah. “(HR. Muslim).

Ketiga , Jangan lupakan dan mencela Musibah

Sebagai insan beriman, kita dituntun oleh Allah dan Rasul-Nya untuk menyikapi musibah secara penuh, dengan cara pandang yang proporsional. Sebab, musibah kadang menjadi pilihan Allah untuk mempercepat penempaan diri menjadi insan kamil, meskipun sudah pasti di dunia ini tidak ada tubuh yang sempurna.

Terlebih di balik musibah ada banyak manfaat langsung dari Allah, seperti pengampunan dosa dan kebaikan-kebaikan lainnya.

“Tidak ada musibah yang menimpa umat Islam sampai sekecil duri menusuknya, jika Allah Azza wa Jalla akan menginstal dosa-dosanya. ”(HR. Bukhari dan Muslim).

“Tidak ada yang menimpa seorang Muslim dari kepenatan, sakit yang menahun, kebimbangan, kesedihan, kesusahan, kesusahan, atau hanya tertusuk duri, kecuali dengan itu Allah menghapus dosa-dosanya. “(HR. Bukhari).

“Janganlah membawa mencela penyakit demam, karena ia akan menghilangkan kesalahan anak-anak. Adam menyetujui alat pandai besi yang bisa menghilangkan karat besi. “(HR. Muslim).

Subahanalloh, demikianlah Islam menjelaskan hikmah dari musibah, derita yang mendatangkan keberkahan dari sisi-Nya. Semoga Allah kuatkan diri kita dalam mengatasi musibah apapun, jadi kita senantiasa mendapatkan rahmat dan ridho-Nya. *

Sumber: Hidayatullah.com

Anda mungkin juga berminat
Tinggalkan pesanan

Alamat email anda tidak akan disiarkan.