Kreatif dan Inovatif Manfaatkan Potensi Lokal: Modal Masyarakat Sirnajaya Menuju Desa Wisata

Pendidikan Masyarakat Universitas Negeri Jakarta menyelenggarakan Pengabdian Masyarakat untuk masyarakat Desa Sinarjaya. Berlokasi di ruang belajar masyarakat, bernama Saung Cahaya, kegiatan ini diawali dengan penggalian kemampuan berpikir kreatif dan inovatif. Disampaikan oleh Intan Purnama Dewi, M.Pd. dan Nararia Hutama Putra, M.Pd., para peserta nampak antusias mengikuti kegiatan, Selasa (30/5/2023),

Pemateri mengawali penyampaiannya dengan brainstorming potensi lokal yang berada di Desa Sirnajaya. Terdapat kopi, kebun nanas, ayam kampung, dan lainnya. Di tahap selanjutnya, para narasumber mengajak para peserta untuk menentukan posisi Desa Sirnajaya dilihat dari jenis Desa Wisata. Para peserta berdiskusi menentukan potensi Desa Sirnajaya dari 6 (enam) jenis wisata yang ada, yaitu 1) Desa Wisata Digital, 2) Desa Wisata Massal, 3) Desa Wisata Alternatif, 4) Desa Wisata Ramah Perempuan dan Anak, 5) Desa Wisata Bahari, dan 6) Desa Wisata Pedesaan.  Hasil diskusi menyimpulkan bahwa Desa Sirnajaya sendiri berpotensi menjadi Desa Wisata Alternatif dan Pedesaan.

Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan agar sebuah desa dapat dikategorikan sebagai Desa Wisata. Pertama, desa harus memiliki karakteristik tersendiri yang menjadi ciri khas. Ciri khas tersebut selanjutnya menjadi daya tarik wisata, bagi wisatawan lokal maupun mancanegara. Dalam hal pengelolaan, Desa harus mempunyai potensi Sumber Daya Manusia berupa komunitas masyarakat dari berbagai kalangan dan membentuk kelembagaan yang berwenang untuk mengatur dan mengelola Desa Wisata.

Pada level perkembangan desa, Desa Sirnajaya diklasifikasikan sebagai Desa Wisata Berkembang. Desa ini merupakan Desa Wisata yang sudah terdapat kunjungan wisatawan luar daerah. Sarana prasarana dan fasilitas sudah berkembang, sehingga lapangan kerja pun tercipta, serta didukung kesadaran masyarakat terhadap potensi wisata lokal.

Sinergitas sangat diperlukan dalam pengembangan Desa Wisata. Dalam Model Pentahelix yang disampaikan pemateri, terdapat lima komponen yang saling berkaitan dalam pengembangan Desa Wisata. Lima komponen tersebut yakni komunitas/masyarakat, pemerintah setempat, industri/bisnis, akademisi, dan media.

Masyarakat perlu menyadari bahwa potensi lokal ini harus dimanfaatkan oleh masyarakat. Mulai dari pengelolaan, penyediaan sarana prasarana, hingga penyediaan marchendise. “Jangan sampai potensi kita diambil alih oleh orang lain, sayang ya Bu, punya kita lebih baik dikelola oleh kita”, tutur Intan Purnama Dewi, selaku narasumber.

Di akhir materi, dua orang peserta menyampaikan keinginannya mengenai kemajuan Desa Sirnajaya. Seorang peserta menyampaikan kendala mengenai belum tersedianya tempat penyimpanan dan penjualan khusus oleh-oleh Desa. Peserta yang lain menyampaikan kendalanya dalam menjalankan UMKM di mana pemasaran secara daring sangat terkendala di pengiriman karena letak jasa pengiriman yang jauh dari Desa. Sebagai apresiasi, kedua peserta yang menyampaikan pendapat diberi hadiah oleh pemateri. Lebih dari itu, masukan dari para peserta menjadi bahan pengkajian lebih dalam pada kegiatan pengabdian masyarakat yang dilakukan.

Anda mungkin juga berminat
Tinggalkan pesanan

Alamat email anda tidak akan disiarkan.