Tari Gandai, Tari Adat Mukomuko yang Masih Bertahan

Intersisinews.com – Setiap daerah di Indonesia memiliki seni dan budaya yang berbeda-beda. Meski demikian, terkadang masih banyak terdapat seni dan budaya itu memiliki kemiripan dengan daerah tetangganya. Salah satunya seni tari asli Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu, yaitu Tari Gandai. Seni tari ini memiliki kemiripan dengan seni tari dari Sumatera Barat (Sumbar). Selain karena memang daerah ini berbatasan langsung dengan Sumbar, juga karena etnis di Mukomuko banyak datang dari Sumbar.

Tari Gandai berasal dari kata gando. Berasal dari dialek lokal masyarakat Mukomuko. Berdasarkan dialek lokal masyarakat Mukomuko, kata gando memiliki arti yang sama dengan kata “ganda”. Penggunaan kata “gando” yang kemudian secara perlahan disebut oleh masyarakat Mukomuko dengan kata “gandai” , di mana tari gandai selalu ditampilkan secara ganda atau berpasangan. Meskipun penari yang tampil dalam tari gandai berjumlah cukup banyak , namun mereka akan tetap menari dalam formasi saling berpasangan. Tidak ada penari gandai tampil sendiri atau tampil dalam formasi berpasangan lebih dari dua orang (jumlah ganjil). Mereka tampil diiringi oleh alunan musik serunai, redap, dan alunan lagu tari gandai.

Di lingkungan masyarakat tradisional, penampilan tari gandai berlangsung di halaman rumah kepala desa. Pilihan tempat pertunjukan tersebut dimaksudkan sebagai bentuk penghormatan bagi kepala desa dan untuk memudahkan mendatangkan masyarakat apabila pertunjukan dilangsungkan di halaman rumah kepala desa. Alunan suara serunai atau dentuman suara canang merupakan bentuk himbauan kepada para warga desa, baik para warga yang hadir sebagai penonton, atau para perempuan muda yang tampil sebagai penari gandai. Penampilan tari gandai di halaman rumah kepala desa biasanya berlangsung mulai pukul 20.00 dan berakhir menjelang subuh.

Penari gandai terdiri dari : dua orang laki-laki sebagai pemain musik serunai dan pemukul redap, serta satu orang pendendang lagu tari gandai–bisa perempuan atau laki-laki. Tari gandai memiliki 36 (tiga puluh enam) gerak tarian. Setiap gerak memiliki nama yang khas, serta menyimpan nilai-nilai kebaikan yang penting untuk terus digali dan diperkenalkan kepada para penari khususnya, dan masyarakat Mukomuko pada umumnya.

Keberadaan kesenian tari gandai dalam kehidupan masyarakat Mukomuko diyakini telah berlangsung lama. Ada yang menyebutkan tari gandai telah ada semenjak Kerajaan Anak Sungai yang diperkirakan ada pada abad ke 15 (tahun 1600-an), kerajaan tersebut dipimpin oleh seorang raja di tahun 1691, yakni Sultan Gulumatsyah (Raja yang dikirim oleh Kerajaan Pagarurung). Sedangkan Sarwono (2005), menyebutkan bahwa tari gandai sudah ada kurang lebih selama 703 tahun, terbentuknya tari gandai pada tahun 1903.

Asal usul keberadan tari gandai pada masyarakat Mukomuko dan Pekal, sama-sama dipercaya berasal dari kisah atau mitos Malin Deman dan Puti Bungsu. Kisah tersebut yang menjadi awal atau asal mula adanya tari gandai dalam kehidupan masyarakat Mukomuko, dan Pekal. Konon, dulunya tari gandai ditarikan oleh saudara Puti Bungsu yang berjumlah 6 orang untuk menghibur Malin Deman. Kemudian, Malin Deman membuat suling (serunai) dari bambu (buluh) untuk mengiringi tarian tersebut.

Dalam perkembangannya, tari gandai ditampilkan sebagai pelengkap upacara adat, seperti dalam upacara bimbang (perkawinan), sunat rasul, dan perayaan lainnya. Kemudian juga ditampilkan pada upacara penyambutan tamu, perayaan ulang tahun kabupaten, lomba, dan lain-lainnya. (**)

Anda mungkin juga berminat
Tinggalkan pesanan

Alamat email anda tidak akan disiarkan.