Perempuan dan Pembangunan

Bengkulu, Intersisinews.com – Peringatan hari Ibu diselenggarakan setiap tahunnya pada tanggal 22 Desember. Perjuangan kamu perempuan sebagai ibu Bangsa sangat relevan hingga saat ini. Dahulu sebelum kemerdekaan, perempuan juga turut berperan dalam politik dan peperangan. Dalam sejarah, banyak tokoh-tokoh perempuan dalam perang contohnya di pulau Sumatera, Aceh seperti Cut Nyak Dhien, Cut Nyak Meutia, Pocut Baren, dan Pocut Meurah Intan. Di pulau Jawa, Raden Ajeng Kartini tentunya sudah tak asing lagi di telinga. Hak-hak para perempuan yang diperjuangkan oleh RA Kartini sangatlah mengaggumkan. Pertempuran yang sengit melawan kolonial Belanda dalam perang Pattimura tidak bisa lepas dari perjuangan pahlawan nasional wanita dari pulau Timur yaitu Martha Christina Tiahahu. Saat ini, peran perempuan masih sangat dibutuhkan untuk kembali berjuang membangkitkan perekonomian yang krisis pasca pandemi.

Pada bulan ini, Hari Ibu mengangkat tema Perempuan Berdaya Indonesia Maju. Tema tersebut berkaitan erat dengan isu gender menjadi salah satu poin dalam tujuan pembangunan berkelanjutan/Sustainable Development Goals (SDGs). Kesetaraan gender tercantum dalam tujuan SDGs yang ke-5, yaitu “Mencapai Kesetaraan Gender dan Memberdayakan Kaum Perempuan”. Kesetaraan ini meliputi sisi kesehatan, pendidikan, dan variabel sosial ekonomi lainnya, selain secara khusus dicantumkan dalam tujuan kelima, isu gender juga tercakup pada hampir seluruh tujuan dalam tujuan pembangunan berkelanjutan.

Dalam rangka meningkatkan kesetaraan dan keadilan gender maka kebutuhan dasar perempuan seperti kesehatan dan pendidikan harus mendapat perhatian. Kebutuhan dasar tersebut mencerminkan kualitas dari sumber daya manusia. Lalu sejauh mana pembangunan perempuan di Indonesia khususnya Kabupaten Kepahiang saat ini. Di Kabupaten Kepahiang, kesempatan untuk memperoleh pendidikan antara perempuan dan laki-laki sudah mulai setara. Susenas (Survey Sosial Ekonomi Nasional) yang diselenggarakan oleh BPS setiap tahunnya menyediakan beberapa indikator pendidikan yang mampu memberikan gambaran situasi pendidikan di Kabupaten Kepahiang diantaranya Angka Partisipasi Murni (APM). Angka Partisipasi Murni (APM) merupakan proporsi anak sekolah pada umur tertentu yang bersekolah pada tingkat yang sesuai dengan kelompok umurnya.

Pada usia 7-12 tahun, baik laki-laki maupun perempuan yang bersekolah tepat waktu di jenjang SD sebesar 99,94 persen (APM Peremuan sebesar 99,96 persen dan laki-laki sebesar 99,93 persen). Hal ini berarti bahwa dari 100 penduduk usia 7-12 tahun baik laki-laki dan perempuan seluruhnya sedang bersekolah tepat waktu di jenjang sekolah dasar dan sederajat. Pada jenjang sekolah menengah pertama dan atas, APM perempuan lebih rendah dibandingkan laki-laki yaitu sebesar 80,10 persen sedangkan APM laki-laki sebesar 81,69 persen. Selanjutnya pada jenjang SMA/sederajat, APM perempuan juga jauh lebih rendah dibandingkan laki-laki yaitu sebesar 64,61 persen sedangkan laki-laki sebesar 72,58 persen. Faktor biaya dan budaya mungkin menjadi penyebab hal ini. Anak perempuan yang telah menempuh pendidikan dasar wajib 9 tahun dirasa telah cukup. Menurut Tawakal dkk dalam Jurnal yang berjudul Model Sinergitas Pengarusutamaan Gender dalam mewujudkan Keadilan dan Kesetaraan Pendidikan, penyebab perempuan cenderung untuk tidak melanjutkan pendidikan tinggi selain faktor ekonomi juga anak perempuan cenderung dinikahkan lebih cepat meskipun masih dalam status anak masih bersekolah.

Peningkatan derajat kesehatan masyarakat juga berarti investasi bagi pembangunan negara. Indikator yang dapat digunakan untuk menunjukan kondisi kesehatan masyarakat di Kabupaten Kepahiang secara umum adalah angka kesakitan. Angka kesakitan ini menunjukan adanya keluhan kesehatan yang dialami oleh penduduk. Keluhan kesehatan ini dapat diartikan sebagai keadaan seseorang yang mengalami gangguan kesehatan atau kejiwaan, baik karena penyakit akut, kronis (walaupun dalam sebulan terakhir tidak mempunyai keluhan), kecelakaan, kriminal atau hal lain sebagainya. Angka kesakitan penduduk perempuan lebih tinggi dibandingkan penduduk laki-laki yaitu sebesar 8,78 persen sedangkan angka kesakitan laki-laki sebesar 6,54 persen. Dalam sebuah penelitian tahun 2014 di Kabupaten Ponorogo didapatkan hasil dimana bahwa perempuan lebih beresiko terserang penyakit kardiovaskular terutama penyakit jantung koroner dan stroke. Penyakit kardiovaskular dibanding laki-laki. Beban faktor resiko penyakit kardiovaskular perempuan lebih besar dari laki-laki adalah tingginya lemak darah dan kurangnya aktivitas fisik.

Perempuan memegang peranan yang sangat penting dalam pembangunan negara dan bangsa karena sumber daya manusia masa depan sangat ditentukan oleh kemampuan perempuan yaitu ibu yang merawat anaknya pada usia dini. Maka dari itu, keberhasilan pembangunan manusia harus sudah mengakomodasi persoalan gender yaitu perempuan. Dapat disimpulkan bahwa dari rata-rata pendidikan perempuan pada jenjang pendidikan menengah atas di Kabupaten Kepahiang masih lebih rendah dibandingkan laki-laki. Selain itu jika dilihat sisi kesehatan, kualitas dan akses kesehatan perempuan juga lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki. Kewaspadaan resiko penyakit pada perempuan yang tergambar pada angka kesakitan harus ditingkatkan. Peran pemerintah sangat diharapkan agar masyarakat terutama perempuan di Kabupaten Kepahiang dapat lebih menikmati hasil capaian pembangunan yang lebih baik di masa mendatang.

Selamat hari Ibu, Perempuan berdaya Indonesia Maju.

Penulis: Hestin Rahmanita, SST, M.Si, Statistisi, BPS Kepahiang, Email : [email protected]

Anda mungkin juga berminat
Tinggalkan pesanan

Alamat email anda tidak akan disiarkan.