Momen Hakteknas, BRIN Kenalkan Empat Kawasan Sains dan Teknologi

Intersisinews.com – Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas) ke-27 pada 10 Agustus 2022 hendaknya tidak dimaknai sebagai kegiatan seremonial semata, melainkan momentum yang dapat menjadi pendorong para periset di tanah air untuk terus berkarya menghasilkan inovasi guna menjawab persoalan di tengah masyarakat.

Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Laksana Tri Handoko, mengatakan peringatan Hakteknas tahun ini mengusung tema “Riset Inovasi untuk Kedaulatan Pangan dan Energi”. Tema itu sejalan dengan pesan Presiden RI Joko Widodo yakni, riset harus mampu menjawab persoalan kedaulatan pangan dan energi.

“Sesuai arahan Bapak Presiden sejak awal pembentukan BRIN April 2021 lalu, serta dari Ibu Ketua Dewan Pengarah, setidaknya untuk jangka pendek sampai dengan  2024, BRIN harus fokus untuk menjawab masalah kedaulatan pangan dan energi,” kata Handoko, dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Rabu (10/8/2022).

Guna mewujudkan kedaulatan pangan dan energi, kata Handoko, BRIN memegang peranan penting melalui riset dan inovasi yang melibatkan berbagai disiplin ilmu pengetahuan yang dimiliki para perisetnya.

Profil Singkat Empat KST

Selain itu, BRIN juga dilengkapi berbagai infrastruktur modern yang tersebar di empat kawasan sains dan teknologi (KST) nasional serta 12 kawasan riset dan inovasi lainnya.

Keempat KST nasional tersebut yakni, KST Soekarno di Cibinong, KST Habibie di Serpong, KST Siwabessy di Pasar Jumat, dan KST Samaun Samadikun di Bandung. Keseluruhan KST nasional ini dapat menggambarkan secara lengkap kondisi dan strategi riset dan inovasi di tanah air.

“Keempat KST nasional itu dapat menggambarkan secara lengkap kondisi strategi kedepan riset dan inovasi di tanah air, serta menjadi motor utama kemajuan ekonomi Indonesia,” kata Handoko.

Handoko mengungkapkan, KST Soekarno dibangun di atas tanah seluas 198 hektar dan diinisiasi oleh Presiden pertama, Soekarno sejak 1964. KST yang berlokasi di Cibinong itu telah bertransformasi menjadi pusat riset hayati, baik pangan, kesehatan maupun lingkungan yang terintegrasi. “KST Soekarno memiliki peran strategis, tidak hanya secara nasional, tetapi juga secara global,” tambah Handoko.

Dijelaskan Handoko, keberadaan KST Soekarno dengan berbagai fasilitasnya diharapkan mampu mendorong dan mempercepat pengembangan berbagai varietas unggul baru untuk ternak maupun pertanian. Selain itu, KST tersebut dilengkapi alat deteksi cepat, baik untuk deteksi penyakit dini, maupun deteksi kualitas bibit sedini mungkin.

KST Habibie yang berlokasi di Sepong merupakan rebranding yang sebelumnya bernama Komplek Puspiptek menjadi KST Habibie. “Itu merupakan rebranding Komplek Puspiptek Serpong menjadi KST Habibie. Di KST itu akan dilakukan Revitalisasi mulai 2023 yang meliputi pemindahan fasilitas pengembangan roket dan satelit di Tarogong dan Rancabungur Bogor ke KST Habibie, serta dimulainya revitalisasi fasilitas nuklir dan aplikasinya,” jelasnya.

Menurutnya revitalisasi terhadap fasilitas nuklir dilakukan guna memperkuat dan memberdayakan fasilitas yang ada, bekerja sama dengan para pelaku usaha, menjadi fasilitas bersama aplikasi nuklir, khususnya di bidang industri sterilisasi produk pangan dan alat kesehatan, serta kebutuhan medis.

KST berikutnya bernama Siwabessy yang berlokasi di Pasar Jumat, Jakarta Selatan. KST itu difokuskan untuk penyediaan fasilitas bagi industri sterilisasi baik pangan maupun alat kesehatan, penyediaan produk radiofarmaka, serta terapi medis berbasis iradiasi seperti terapi proton untuk penderita kanker.

“Indonesia saat ini belum memiliki fasilitas terapi kanker yang memadai, padahal prevalensi penderita kanker sangat tinggi. Infrastruktur untuk terapi berbasis iradiasi sangat mahal serta membutuhkan biaya operasional dan pemeliharaan yang tinggi,” terangnya.

KST terakhir diberi nama Samadikun yang berlokasi di Bandung. KST ini difokuskan untuk riset teknologi informasi dan komunikasi. “Pusat-pusat riset di KST Samadikun fokus pada pengembangan berbagai teknologi cerdas, termasuk kecerdasan artifisial dan big data. Kedua teknologi kunci ini tidak hanya penting untuk teknologi informasi, tetapi saat ini justru menjadi kunci di ranah bioinformatika, terutama untuk pengembangan obat melalui molecular docking, serta pertanian dan peternakan cerdas (smart farming),” tuturnya.

Keempat KST tersebut tidak hanya dapat dimanfaatkan oleh para periset BRIN untuk keperluan riset, melainkan untuk industri maupun Perguruan Tinggi. BRIN diharapkan mampu menjadi fasilitator bagi periset dan dunia usaha yang memanfaatkan riset dan inovasi.

“Untuk itulah, kami telah melakukan perubahan manajemen secara fundamental mengikuti momentum integrasi yang telah selesai pada 31 Januari 2022. Ini untuk memastikan seluruh sumber daya yang  telah dikonsolidasikan dapat dimanfaatkan dengan optimal,” lanjutnya.

Menurut Handoko, BRIN tidak sekedar mengkonsolidasikan unit riset dari 72 K/L, tetapi melakukan transformasi struktural dan fundamental untuk memastikan bahwa hal ini menjadi lebih efisien, efektif dan produktif, serta tidak sekedar menjadi lembaga yang gemuk hasil penyatuan.

“Hal ini sangat penting agar BRIN mampu melayani tidak hanya periset BRIN, tetapi seluruh periset di tanah air, termasuk di kampus dan yang terpenting di industri dan para pelaku usaha lainnya,” pungkasnya.

Sumber Foto: InfoPublik

Anda mungkin juga berminat
Tinggalkan pesanan

Alamat email anda tidak akan disiarkan.